Rabu, 30 November 2011

Refleksi Pendidikan (3)

pembelajaran siswa tidak akan efektif bahkan mungkin gak akan berjalan tanpa kehadiran guru di dalamnya, namun pada hari guru banyak sekolah (untuk tidak menyebut semuanya) yang ditidak belajarkan di sekolah, ini ironis ketika guru mengenang harinya namun pengabdiannya justru berhenti, padahal coba hitung jika sehari 8 jam pelajaran siswa tidak belajar maka kerugiannya adalah 8 kali jumlah siswa.....sesuatu yang dahsyaaaaaat.........., sesuatu yang mungkin merupakan kerugian nasional, jadi...................................... HIDUP (HARI) GURU....DAN MATI (HARI) SISWA.....semoga dan semoga.........kita .........

3 komentar:

  1. Jangan memandang hanya dari satu sisi pa. KBM bukan hanya bisa dilaksanakan didalam kelas, apalagi sekarang era IPTEK, ketika guru tidak mengajar dikelas dikarenakan guru-gurunya mengikuti upacara HUT PGRI,anak bisa diberi tugas dan arahan tuk belajar di rumah, di warnet dll dengan standar kompetensi sesuai RPP. ok,kan? yang parah bukan itu pa. Mari kita pikirkan sejenak tentang KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)yang harus dicapai oleh siswa Nah, jawablah sejujurnya wahai rekan-rekan guru: APAKAH BENAR DIKELAS TSB PADA MAPEL YANG bapak/ibu GURU PEGANG, SUDAH SEMUA SISWA MENCAPAI KKM? SEHINGGA SEMUANYA BISA NAIK KELAS? (itu soal satu). Soal lain, tentang UN (Ujian Nasional), APAKAH BENAR bahwa MURID-MURID ANDA (Bapak/Ibu Guru)asli 100% lulus UN semuanya? maaf, dalam tanda kutif "asli" atau "benar-benar murni" atau dalam kata lain: Sudah siapkah Guru-guru dan kepala sekolah serta Ortu/wali siswa menerima nasib anaknya yang tida/belum lulus UN? siapkah? naaah, ini jawabannya ada pada diri anda masing-masing yang KEMUNGKINAN BESAR MENJAWAB: "TIDAAAAK". Itulah yang perlu kita pikirkan, perlu kita benahi perlu kita tanamkan "SIFAT JUJUR". Mangga, bandingkan kerugiannya dengan hari guru yang hanya tak temu muka 8 Jp. jika dibandingkan dengan prakiraan jawaban "TIDAAAK" MAU DIARAHKAN KEMANA ANAK BANGSA, JIKA KEJUJURAN nyaris PUNAH...................

    BalasHapus
  2. dan kita, guru kehilangan mungkin jutaan jam untuk memperbaikinya......

    BalasHapus
  3. Satu lagi yang tak kufahami: dulu, heboh adanya pendidikan budi pekerti, kini, heboh pula adanya pendidikan karakter. baik budi pekerti maupun karakter, itu sama-sama pendidikan akhlaq. dan pendidikan akhlaq ada dalam salah satu standar kompetensi pada mapel PAI. hal ini sesuai dengan sabda Rasul: "aku diutus ke dunia untuk menyempurnakan akhlaq". terus,... kenapa repot-repot dengan cari istilah baru??? ya udah aja mapel PAI pada standar isi SD s.d. SMA ditambah jampelnya jangan hanya 2 jampel tapi, minimal 4 jampel seperti B.Ingris, B.Ina, Matematika. gitu aja kok repot.!? kadang saya hayang ngajawab ka sadaya jalma-jalma atasan, da atasanna can karandapan datang akal jang nambahan jam agama. hah. saya mah ngangah saja hahahahah..........gara-gara jam agama can tambah-tambah, padahal akhlaq sangat .... ah, hese euy dipaksakan a kabeh mah. numawi ari memaksakan kehendak teh sok jadi jengjot, ckckckck. tapi kumaha mun maksa pangajaran agama hayang tambah jam? meh generasi mendatang lebih tenang, maksudna, bebas korupsi, judi, jinah jeung sajabana. (???????)

    BalasHapus